Diberdayakan oleh Blogger.

TopMenu

Like Us On Facebook

Jumat, 11 April 2014

Sejarah bahasa arab

Bahasa Arab adalah salah satu bahasa
tertua di dunia. Ada beberapa teori yang
menjelaskan tentang awal mula munculnya
bahasa Arab. Teori pertama menyebutkan
bahwa manusia pertama yang melafalkan
bahasa Arab adalah Nabi
Adam’alaihissalâm-. Analisa yang digunakan;
Nabi Adam -‘alaihissalâm- (sebelum turun
ke bumi) adalah penduduk surga, dan dalam
suatu riwayat dikatakan bahwa bahasa
penduduk surga adalah bahasa Arab, maka
secara otomatis bahasa yang digunakan oleh
Nabi Adam -‘alaihissalâm- adalah bahasa
Arab dan tentunya anak-anak keturunan
Nabi Adam -‘alaihissalâm- pun
menggunakan bahasa Arab. Setelah jumlah
keturunan Nabi Adam -‘alaihissalâm-
bertambah banyak dan tersebar ke pelbagai
tempat, bahasa Arab –yang digunakan saat
itu– berkembang menjadi jutaan bahasa
yang berbeda. Teori ini kurang populer
dikalangan ahli bahasa modern, khususnya
di kalangan orientalis, dengan asumsi
bahwa tidak ada bukti ilmiah yang
menyebutkan bahwa ‘Adam -‘alaihissalâm-
menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa
sehari-hari ( daily language).
Sedangkan Schlözer, seorang tokoh
orientalis, mengemukakan bahwa bahasa
Arab termasuk rumpun bahasa Semit. Teori
ini diambil dari tabel pembagian bangsa-
bangsa di dunia yang terdapat dalam kitab
Perjanjian Lama. Tabel ini menggambarkan
bahwa setelah terjadinya banjir nabi Nuh,
semua bangsa di dunia berasal dari tiga
orang putera nabi Nuh -‘alaihissalâm- yaitu
Syam, Ham, dan Yafis. Nama Semit diambil
dari nama Syam, putera Nabi Nuh
-‘alaihissalâm- yang tertua. Namun teori ini
juga mempunyai kelemahan. Tabel
penyebaran putera-putera Nuh
-‘alaihissalâm- yang disebutkan dalam
Perjanjian Lama hanya membagi bangsa
berdasarkan pertimbangan politik dan
geografis semata, tidak ada sangkut pautnya
dengan bahasa.
Dalam perkembangannya, bahasa Arab
terbagi menjadi dua bagian besar yaitu
bahasa Arab Selatan dan Bahasa Arab
Utara. Dr. Basuni Imamuddin dalam
makalahnya tentang sejarah bahasa Arab
menjelaskan tentang pembagian bahasa
Arab sebagai berikut, Bahasa Arab terbagi
menjadi dua yaitu bahasa Arab Selatan dan
bahasa Arab Utara. Bahasa Arab Selatan
disebut juga bahasa Himyaria yang dipakai
di Yaman dan Jazirah Arab Tenggara.
Bahasa Himyaria ini terbagi dua yaitu
bahasa Sabuia dan bahasa Ma’inia. Tentang
bahasa ini telah ditemukan artefak-artefak
yang merujuk pada abad ke 12 SM sampai
abad ke 6 M. Sedangkan bahasa Arab Utara
merupakan bahasa wilayah tengah Jazirah
Arab dan Timur Laut. Bahasa ini dikenal
dengan bahasa Arab Fusha yang hingga kini
dan masa-masa yang akan datang tetap
dipakai karena al-Qur`an turun dan
menggunakan bahasa ini. Bahasa ini
mengalami penyebaran yang demikian luas
bukan hanya di kalangan bangsa Arab saja
tetapi juga di kalangan kaum muslimin di
seluruh dunia.
Pada masa pra-Islam –atau yang lebih
dikenal dengan jaman jahiliyah- bahasa Arab
mulai mencapai masa puncaknya (prime
condition). Hal ini diawali dengan
keberhasilan orang-orang Arab Badui –di
bawah pimpinan suku Quraisy- menaklukan
penduduk padang pasir, sehingga mulai saat
itu bahasa Arab dijadikan bahasa utama dan
mempunyai kedudukan yang mulia di tengah
kehidupan masyarakat sahara. Hal lain yang
tidak bisa kita pungkiri untuk membuktikan
kemajuan bahasa Arab pada masa jahiliyah
adalah kemampuan masyarakat jahiliyah
untuk menciptakan syair-syair indah baik
dari segi retorika ataupun makna. Bahkan
saat itu telah diadakan lomba pembuatan
syair atau puisi, syair yang menjadi
pemenang dalam perlombaan tersebut
nantinya akan dipamerkan di tengah
masyarakat dengan cara digantung di dalam
Ka’bah, syair-syair ini dikenal dengan nama
syair Mu’allaqât ( ﺭﺎﻌﺷﻷﺍ ﺕﺎﻘﻠﻌﻤﻟﺍ ). Penyair-
penyair terkenal yang sering memenangkan
perlombaan tersebut antara lain, Amru al-
Qais, Zuhair bin Abi Salmi, Al-‘Asya, Al-
Hantsa, Zaid bin Tsabit, dan Hasan bin
Tsabit. Kemajuan syair-syair Arab pada
masa ini (jahiliyah, pen) tak luput dari
perhatian ahli-ahli bahasa pada masa Islam,
bahkan ‘Abdullah bin ‘Abbas –
rahimahumallâh- menjadikan syair-syair
jaman jahiliyah sebagai rujukan untuk
mendefiniskan beberapa kata dalam al-
Qur’an yang kurang jelas maknanya, “syair/
puisi adalah referensi orang Arab ( ﺮﻌﺸﻟﺍ ﻥﺍﻮﻳﺩ
ﺏﺮﻌﻟﺍ)”.
Islam datang dengan diutusnya Nabi
Muhammad -shallallâhu’alaihi wasallam-,
saat itulah al-Qur’an diturunkan, tentu saja
menggunakan bahasa Arab yang paling
sempurna/baku (ﻲﺤﺼﻓ) dengan keindahan
retorika dan kedalaman makna yang tak
tertandingi. Allah -Subhânahu wa Ta’âla-
tidak menjadikan bahasa Arab sebagai
bahasa al-Qur’an melainkan karena ia
adalah bahasa terbaik yang pernah ada.
Allah -Subhânahu wa Ta’âla- berfirman,
“Sesungguhnya Kami telah jadikan al-Qur’an
dalam bahasa Arab supaya kalian
memikirkannya.” (Yusuf: 2). Allah -
Subhânahu wa Ta’âla- juga berfirman, “Dan
sesungguhnya al-Qur’an ini benar-benar
diturunkan oleh Pencipta Semesta Alam, dia
dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril) ke
dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
menjadi salah seorang di antara orang-orang
yang memberi peringatan, dengan bahasa
Arab yang jelas” (Asy Syu’ara: 192-195).
Keindahan bahasa al-Qur’an juga diakui oleh
Janet Holmes, orientalis pemerhati bahasa.
Dia mengatakan bahwa al-Qur’an dilihat dari
segi sosiolinguistik atau teori diglosia dan
poliglosia mengandung high variety (varitas
kebahasaan yang tinggi).
Diturunkannya al-Qur’an dengan bahasa
Arab menandai terjadinya revolusi fungsi
pembelajaran bahasa Arab. Paska
diturunkannya al-Qur’an, dorongan untuk
mempelajari bahasa Arab lebih dikarenakan
faktor agama daripada faktor-faktor lainnya
(ekonomi, politik dan sastra). Bahkan bisa
dikatakan bahwa perkembangan bahasa
Arab berbanding lurus dengan penyebaran
agama Islam. Adapun penulisan huruf Arab
telah dimulai jauh lebih dulu dari pada
turunnya al-Qur`an. Namun saat itu huruf
Arab belum mengenal titik dan harakat,
sehingga paska meninggalnya Rasulullah -
shallallâhu’alaihi wasallam- dan beberapa
sahabat, mulai muncul kesalahan dalam
membaca beberapa kata dalam al-Qur’an.
Seperti kata yang bisa dibaca ﺍﻮﻨﻴﺒﺘﻓ /
fatabayyanû/ atau ﺍﻮﺜﺒﻨﺘﻓ /fatanabbatsû/.
Untuk menghilangakan kesalahan tersebut
maka dibuatlah titik dan harakat. Orang
pertama yang menuliskan titik dan harakat
pada bahasa Arab adalah Abu al-Aswad ad-
Duali.
Selain memprakarsai penulisan titik dan
harakat, Abu al-Aswad ad-Duali juga menjadi
pioner dalam penyusunan ilmu Nahwu.
Tetapi, Teori ilmu Nahwu baru dikembangkan
secara komprehensif oleh Khalil bin Ahmad
al-Farahidi. Khalil bin Ahmad al-Farahidi
(100-175 H) dikenal sangat menguasai
logika Aristoteles, dengan demikian, teori-
teorinya sangat dipengaruhi oleh filsafat. Ia
berusaha menguraikan fenomena-fenomena
kebahasaan dengan perspektif filsafat, salah
satunya adalah pemikiran kausalitas
(sababiyyah). Dalam pandangan ini, segala
sesuatu yang “ada” di muka bumi ini
mengharuskan “pengada”. Begitu pula
dengan fenomena perubahan akhir kata atau
i’râb, mengharuskan ada sesuatu “yang
menyebabkan” hal itu terjadi. Maka Khalil
menamakan penyebab itu dengan ‘âmil (yang
berbuat) (‘Alamah, 1993:37-38). Upaya yang
dilakukan al-Farahidi diteruskan oleh
muridnya yang bernama Sibawaih. Dia telah
berhasil menyerap semua pemikiran Khalil
dan mengembangkannya secara lebih luas
dan mendalam dan menuangkannya dalam
sebuat buku yang diberi judul al-Kitab
(ﺏﺎﺘﻜﻟﺍ) yang sangat dikagumi oleh
masyarakat pemerhati nahwu pada masa itu,
sehingga mereka menyebut buku al-Kitab
sebagai: “Qur`annya Nahwu ”. Buku ini
benar-benar mencakup semua persoalan
nahwu secara menyeluruh, sehingga tidak
ada satu masalah pun dalam nahwu yang
tidak dibahas.
Sumber

Minggu, 23 Februari 2014

Manfaat menangis

Terkadang orang yang menangis seringkali dicap sebagai pribadi
yang cengeng dan lemah. Apalagi jika orang yang menangis itu
adalah seorang pria. Ketika seorang wanita menangis, hal itu
dipandang sebagai senjata yang ampuh untuk mencari
perhatian.
Meskipun demikian, banyak orang menangis karena ingin
melampiaskan segala problematika yang sedang ia alami.
Dengan menangis, ia akan merasa lega dan ceria kembali. Ada
pula orang yang ketika ditanya alasan kenapa ia menangis, ia
akan kesulitan menjawab pertanyaan tersebut karena tidak tahu
alasannya.
Namun, tahukah Anda jika menangis itu ternyata memiliki
beragam manfaat bagi kesehatan. Apa sajakah itu? Dilansir Mag
for Women ,
Ketika Anda benar-benar stres, sangat disarankan untuk
menangis. Jangan biarkan Anda memendam rasa marah dan
stres tersebut. Luapkanlah segala isi hati Anda dengan
menangis. Jika Anda malu menangis di depan umum, lakukanlah di tempat sepi atau di kamar Anda.
Apakah Anda pernah merasa lega setelah menangis? Ketika Anda mulai menangis mungkin karena mood Anda sedang tidak
bagus. Dengan menangis, Anda melampiaskan segala uneg-uneg di dalam hati Anda sehingga mood Anda kembali membaik.
Fungsi normal air mata adalah pelumas mata Anda, sehingga lensa dan kornea tidak tergores. Air mata tidak hanya membantu
Anda melihat dengan baik, tetapi juga membersihkan kotoran
yang menempel pada mata Anda. Air mata juga menetralisir
semua racun dan membunuh bakteri yang bersarang di mata.
Ketika Anda menangis secara histeris, mineral Mangan (Mn)
dalam tubuh Anda akan menurun. Mineral Mangan bertanggung
jawab atas suasana hati Anda dan ketika Mn turun, mood Anda
akan membaik. Dengan kata lain, menangis sejadi-jadinya akan
memperbaiki mood Anda.
Ketika Anda menangis, Anda membebaskan tubuh Anda dari
stres dan juga unsur garam. Baik stres dan garam dapat
membuat tekanan darah Anda melonjak. Atasi masalah ini
dengan menangis.
Kesimpulannya, Anda tidak perlu malu saat menangis karena
menangis merupakan hal yang manusiawi dan menyehatkan.
Siapapun boleh menangis. Tidak ada gunanya berusaha terlihat
kuat dan pura-pura tegar saat memendam masalah. Menangis
juga menyebabkan ikatan batin yang kuat antara Anda dan
orang lain.

Jumat, 14 Februari 2014

Gunung kelud meletus disaat keramat

–Neptu atau neton Wage, hari pasaran ke empat
hitungan Jawa, seolah semakin mengokohkan sebagai hari “keramat” bagi
Gunung Kelud memuntahkan lava pijar seperti yang terjadi pada Kamis
(13/2/2014) malam mulai pukul 22.59 bertepatan dengan malam menjelang
hari Jumat (14/2/2014)  Wage.
Peringatan mengenai kebiasaan Gunung Kelud beberapa kali meletus pada
hari pasaran Wage itu, di antaranya menjadi bahan bahasan bapak-bapak
sebelum mengikuti yasinan di kompleks perumahan Pondok Delta Jengglong,
Kelurahan Kaweron, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Kamis
(13/2) malam.
Menurut Jamil, warga perumahan ini, juga mengingatkan bahwa Gunung Kelud
telah beberapa kali meletus bertepatan dengan neptu atau hari pasaran Wage.
“Karena itu, malam ini perlu waspada mengantisipasi aktivitas Gunung Kelud,
karena sekarang malam Jumat Kliwon,” ujarnya.
Bapak-bapak kelompok yasinan dan juga Jamil, warga Perumahan Pondok
Delta itu, membahas dan menyampaikan peringatan untuk waspada,
bertepatan dengan status Gunung Kelud yang Kamis malam sekitar pukul
21.00 WIB ditetapkan naik dari Siaga (Level III) menjadi Awas (Level IV).
Hanya berselang kurang dua jam dari peningkatan status itu, Gunung Kelud
pun benar-benar meletus pada pukul 22.59 bertepatan malam Jumat Wage
menurut perhitungan Jawa. Hitungan Jawa menetapkan memasuki hari
berikutnya sejak sore hari, sehingga Gunung Kelud meletus bertepatan Jumat
Wage.
Menurut Jamil, Nyoto dan warga lainnya, Gunung Kelud sudah beberapa kali
meletus bertepatan dengan hari pasaran atau neptu Wage, sehingga mereka
mengingatkan agar Kamis malam itu warga mewaspadainya dan hal tersebut
menjadi kenyataan.
Letusan Gunung Kelud di antaranya terjadi pada tahun 1990, sebelumnya
tahun 1966 setelah Gerakan 30 September dan tahun 1955. Letusan tahun
1990 menewaskan sekitar 250 orang.

Sumber

Bahaya debu vulkanik

- Material vulkanik dari letusan gunung berapi dapat menjadi
ancaman serius bagi kesehatan. Muntahan material terutama debu vulkanik
berpotensi mengganggu kesehatan, terutama sistem pernafasan.
Seperti diungkapkan ahli kesehatan paru dari Rumah Sakit Persahabatan
Jakarta, dr Agus Santoso, SpP, ada beberapa faktor yang memengaruhi
seberapa besar dampak debu vulkanik terhadap kesehatan. Faktor ini di
antaranya konsentrasi partikel, proporsi debu yang terhirup, serta kondisi
meteorologi.
Menurut Agus, debu vulkanik yang halus dan berukuran sangat kecil, yaitu
kurang dari 10 mikron, berpotensi mengganggu pernapasan. Bahkan, debu
berukuran kurang dari 5 mikron dapat menembus saluran pernapasan bagian
bawah atau organ paru-paru.
Efek atau dampak debu vulkanik juga ditentukan oleh partikel pendukungnya.
Debu yang disertai kristal silika menimbulkan dampak lebih merusak dan
menyebabkan gangguan pernapasan berat.
Sementara itu, debu vulkanik yang disertai hawa panas dapat membawa debu
piroklastik dengan permukaan tidak teratur dan cenderung tajam. Gangguan
akibat debu piroklastik ini bisa menyebabkan kematian karena luka pada
saluran pernapasan.
Debu vulkanik lain yang patut diwaspadai, kata Agus, adalah yang disertai gas
CO, H2S, SO2, dan bersifat asam.
Dampak debu vulkanik bagi kesehatan, lanjut Agus, secara umum terbagi
menjadi dua, yaitu efek akut dan kronik. Efek akut terbagi menjadi iritasi
saluran napas, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), atau kesulitan
bernapas pada penderita gangguan paru sebelumnya seperti penyakit asma.
Sementara itu, efek kronik terjadi setelah paparan bertahun-tahun. Hal ini
ditandai adanya penumpukan abu silika dalam paru, yang disebut silikosis.
Penderita akan mengalami penurunan fungsi paru dan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK).
Kondisi meteorologi, kata Agus, juga turut berpengaruh, yakni korban yang
berdiri sesuai arah angin saat muntahan abu vulkanik kemungkinan menghirup
lebih banyak dibanding yang berlokasi melawan arah angin.
Kendati begitu, efek merugikan dari debu vulkanik, terang Agus, bisa dicegah
dengan penggunaan masker khusus. "Gunakan masker. Jika memungkinkan
gunakan masker kategori N 95-N 100," kata Agus yang menambahkan
masker tersebut mencegah masuknya debu berukuran kurang dari 10 mikron.
Bila telanjur terpapar, Agus menyarankan secepatnya ke fasilitas kesehatan
terdekat. Untuk efek akut bisa diatasi dengan obat batuk, pengurang sesak,
pengencer dahak, atau radang.
Pemeriksaan sederhana yang dilakukan adalah pengukuran menggunakan
peakflow . Alat ini mengukur puncak udara keluar dari paru-paru. Sedangkan
untuk paparan yang lebih lama, biasanya diperlukan rontgen paru.

Sumber

Pemanfaatan Abu vulkanik

Abu vulkanik, sering disebut
juga pasir vulkanik atau jatuhan piroklastik adalah bahan
material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi
suatu letusan, terdiri dari batuan berukuran besar sampai
berukuran halus. Batuan yang berukuran besar (bongkah -
kerikil) biasanya jatuh disekitar kawah sampai radius 5 – 7 km
dari kawah, dan yang berukuran halus dapat jatuh pada jarak
mencapai ratusan km bahkan ribuan km dari kawah karena dapat
terpengaruh oleh adanya hembusan angin. Sebagai contoh
letusan G. Krakatau tahun 1883 dapat mengitari bumi berhari-
hari, juga letusan G. Galunggung tahun 1982 dapat
mencapai Australia .
Selain itu abu vulkanik bisa mematikan hama tanaman, karena
memiliki zat mikro yang bisa membunuh hama. "Selain bisa
menyuburkan tanah, juga bisa membasmi hama, dengan dengan
demikian abu vulkanik sangat bermanfaat
Tingkat keasaman
Sementara itu, ada beberapa pendapat tentang tingkat keasaman
abu vulkanik ini. Ada yang mengatakan abu vulkanik ini bersifat
asam dan ada juga yang menyatakan dapat meningkatkan pH
tanah. Tapi merujuk pada mitos yang menyebutkan tanah di
sekitar Gunung Merapi sangat subur, sepertinya pendapat yang
menyatakan abu vulkanik dapat mengasamkan tidaklah benar.
Beberapa sumber informasi menyatakan, abu vulkanik
mengandung sulfur dan silica. Jika ini benar, abu vulkanik bisa
berfungsi sebagai pemasok unsur hara tanaman. Ada juga
pendapat abu vulkanik mengandung Cu dan Fe yang yang
berfungsi sebagai mikroelemen.
Jika dilihat dari sifat fisiknya abu hasil pembakaran yang
mempunyai sifat seperti batuan zeolit dan arang berfungsi
sebagai penambat unsur hara dalam tanah sehingga tidak
mudah tercuci oleh air. Abu vulkanik juga akan mempermudah
penyerapan unsur hara oleh akar tanaman.
Jika kita mengacu pada pemikiran di atas dapat disimpulkan
letusan gunung berapi yang menimbulkan hujan abu vulkanik
akan membawa berkah bagi para petani. Abu vulkanik akan
menjadi sumber unsur hara bagi tanaman dan meningkatkan pH
tanah yang cenderung asam. walaupun memang hujan abu juga
akan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia.
Kesuburan Tanah Vulkanis
Tanah vulkanis dibentuk dengan tambahan abu vulkanik dari
gunung berapi yang meletus. Abu vulkanik merupakan hasil dari
peleburan dan pembakaran bahan-bahan mineral. Lapisan tanah
yang dilapisi abu tersebut kemudian menjadi sangat kaya
mineral dan bisa menumbuhkan aneka tanaman dengan baik
tanpa memerlukan tambahan pupuk. Namun, jika tanah vulkanis
diberi tambahan pupuk organik atau kotoran hewan, kondisinya
akan semakin prima.
Tidak mengherankan jika banyak orang yang tetap memilih
untuk tinggal di sekitar gunung berapi. Meskipun letusan
gunung berapi sangat menakutkan dan membahayakan,
manfaatnya sangat banyak, salah satunya menyuburkan tanah
sehingga penduduk bisa menjadikan lahan-lahan di lerengnya
sebagai lokasi pertanian yang menjanjikan.
Daerah-daerah pertanian yang diusahakan di wilayah bertanah
vulkanis banyak terdapat di Indonesia, yang memang memiliki
banyak gunung berapi aktif, di antaranya di bagian utara Pulau
Jawa, Sumatera, Bali, Lombok, Halmahera, Sulawesi, dan lain-
lain. Pulau Jawa dan Sumatera yang memiliki lebih banyak
gunung berapi dari daerah lain otomatis memiliki lahan-lahan
vulkanis yang paling luas.

Sumber